Renungan Menjelang UN

rinaldimunir.wordpress.com
Minggu ini merupakan minggu yang sangat sibuk bagi kelas 12. Hal ini disebabkan oleh semakin dekatnya empat hari penentuan yang paling menyebalkan selama menempuh pendidikan. Semua siswa kini dihadapkan pada berlembar-lembar kertas soal prediksi demi kesiapan UN. Jam belajar pun bertambah secara ekstrem. Bimbel yang biasanya hanya dua kali seminggu jadi diadakan setiap hari. Otomatis, kepala jadi semakin dijejali dengan berbagai rumus dan hafalan. Semua ini dilakukan demi empat hari, demi lulus, demi nilai bagus, dan demi masuk perguruan tinggi ternama.
Saya adalah salah satu di antara berjuta anak SMA di Indonesia yang akan menghadapi hari itu. Saya merasakan yang dulu kakak kelas saya rasakan menjelang UN: capek badan dan capek batin. Ternyata, tahun ini Dinas Pendidikan memberi tantangan baru kepada kami: 20 paket soal, sistem barcode, level soal yang dinaikkan, serta tidak adanya sistem remedial. Hal ini diperparah dengan tidak adanya simulasi atau trial untuk sistem UN yang baru ini.  

Saking kepikirannya saya akan UN ini, saya pernah bermimpi bahwa saya sedang dalam keadaan di hari H UN. Pengawas ujian saya saat itu adalah seorang artis Korea bernama Song Joong Ki (saya memimpikan dia mungkin karena terlalu sering menonton Running Man :)). Ketika saya sedang mengerjakan ujian, ternyata pensil saya terlalu tajam sehingga merobek LJK. Saya pun meminta agar LJK saya diganti. Ternyata, bukan hanya LJK saja yang diganti, soal juga harus diganti karena memakai sistem barcode. Akhirnya, saya pun harus mengerjakan soal dari awal lagi di sisa waktu yang sedikit. 

Apakah UN akan berjalan seperti itu? Saya hanya dapat gambaran dari mimpi saja. 

Orang ini jadi pengawas UN di mimpi saya =))
(tumblr.com)
Bagi yang percaya akan eksistensi surga dan neraka, kita ditentukan untuk masuk surga atau neraka berdasarkan amal perbuatan yang kita lakukan di dunia. Kita diberi umur oleh Tuhan untuk kita gunakan sebaik-baiknya demi mengumpulkan amal baik. Saya tidak dapat membayangkan apabila Tuhan juga menerapkan sistem seperti UN: penentuan kita masuk surga atau neraka berdasarkan ujian selama empat hari. Kalau begitu, untuk apa kita berlama-lama hidup dan berbuat baik kalau amal kita ditentukan oleh ujian? Seperti itu pula yang dipikirkan oleh kebanyakan orang mengenai UN ini. Untuk apa belajar 12 tahun kalau kelulusan ditentukan oleh empat hari?

Pesan Hacker di situs yang sempat di-hack (okezone.com)
Entah apa yang dipikirkan oleh petinggi bangsa ini, terutama pencipta UN. Tidak kasihankah mereka pada betapa lelahnya jutaan anak Indonesia yang dituntut harus menguasai semua mata pelajaran? Tidak kasihankah mereka pada orang-orang yang takut akan ketidaklulusan? Tidak sadarkah mereka kalau mereka telah memancing banyak orang untuk berbuat tidak jujur? Mungkin mereka mempunyai pemikiran lain. Tetapi sampai sekarang saya belum menemukan manfaat dari UN itu sendiri selain sebagai penentu kelulusan dan ijazah.

Sekeras-kerasnya protes dilancarkan, UN akan tetap berlangsung. Lima hari lagi. Saat ini, saya baru saja sembuh dari migrain dan mencoba untuk menguasai pelajaran yang belum saya kuasai, setidaknya untuk kata LULUS. Sebagai penyemangat, saya mengutip perkataan teman saya:

Kita harus lulus UN agar nanti kita bisa mengubah sistem pendidikan ini - Faizah Rofi

Semoga bermanfaat.



Renungan Menjelang UN Renungan Menjelang UN Reviewed by Audi on April 09, 2013 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Thanks for coming! ^^
Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu untuk menghindari komentar spam.

Diberdayakan oleh Blogger.