Rabu,
15 Mei 2013
Diawali
dengan pertandingan klub favorit sehidup semati, Arsenal, melawan juara FA Cup
2013, Wigan. Tepatnya pukul 02.30 pagi aku terbangun dengan sendirinya.
Kemudian, langsung nongkrong dengan cantik di depan TV sambil menghirup segelas
white coffee. Hasil perjuanganku
ketika bangun pagi cukup memuaskan. Arsenal akhirnya menang 4-1 dan
meninggalkan beberapa catatan:
1. Naik ke posisi 4 menggeser tim tetangga
2. Menjadikan Wigan sebagai tim pertama yang menang
FA Cup dan langsung terdegradasi
3. Cazorla bikin 4 assist
4. Bahkan Ramsey yang biasanya suka aku ketawain
karena tiap pertandingan sering shoot on goal tapi ga masuk-masuk, mencetak gol
keempat Arsenal
![]() |
Merchandise dapatan dari seminar |
Kemudian,
pukul 06.00 pagi, aku sudah bersiap-siap untuk pergi karena hari itu akan
diadakan seminar di UPI yang bertema “Lego Ergo Scio, Saya Baca Maka Saya Tahu”
yang diisi oleh Mohammad Bakir (Wakil Redaktur Pelaksana Kompas, jurnalis), Ayu
Utami (Penulis, yang di pelajaran Bahasa Indonesia masuk sebagai salah satu tokoh
sastra modern), dan Mira Lesmana (Produser film). Seminar ini diadakan oleh Kompas, bekerja sama
dengan ASAS UPI, disponsori oleh PT Pos Indonesia, Gramedia, Brownies Amanda,
Bank BJB, dan banyak lagi.
Perjalanan
ke kampus UPI dengan naik angkot Caheum – Ledeng menghabiskan waktu yang cukup
lama. Kira-kira 40 menit kemudian, akhirnya kakiku berhasil menginjak tempat
tujuanku. Setelah berpisah dengan abla yang harus masuk kuliah, aku pun
menyempatkan diri untuk mengeksplor universitas negeri ini.
Pukul
08.00, sudah terlihat kesibukan di amphiteater UPI. Kakak-kakak yang jadi
panitia sudah siaga untuk menyambut para peserta. Pertama, aku disuruh bayar
pendaftaran. Awalnya aku protes, soalnya harganya dikelompokan jadi Mahasiswa
dan Umum. Sedangkan aku sudah lulus SMA dan belum jadi mahasiswa (dengan kata
lain: nganggur). Maka dari itu, akhirnya aku bayar yang kategori umum. Lebih
mahal 5000 dari yang mahasiswa. Sebenarnya aku sempat minta setengah harga,
tapi kakaknya nggak mau. Yaudahsih.
Dengan
bayar 15000, aku dapat merchandise yang terdiri atas koran Kompas, pulpen
Kompas, notebook Kompas, serta nametag. Oya, dengan berpartisipasi dalam event
ini, aku juga berkesempatan untuk dapat doorprize berupa sepeda, modem, atau
jam tangan.
Aku
menjadi peserta seminar pertama yang duduk dalam ruangan itu. Rajin.
Acara
mulai sekitar pukul 09.00. Diawali dengan musikalisasi puisi yang dibawakan
oleh kakak-kakak dari ASAS UPI. Kemudian, ada sambutan-sambutan. Pokoknya langsung
aja ke acara inti bersama pembicara pertama, Pak Mohammad Bakir. Beliau
berpengalaman meliput peristiwa yang nyeremin seperti kerusuhan Ambon, kasus
dukun santet di Banyuwangi, bahkan serangan AS ke Irak.
![]() |
Pak Mohammad Bakir (foto: nyolong di Google) |
Beliau
mengatakan bahwa seorang jurnalis hendaknya tidak hanya menyimpulkan sebuah keadaan
dari satu sisi saja, tapi harus digali lebih dalam. Seperti kasus kerusuhan
Ambon yang merupakan konflik agama, ternyata dilatarbelakangi oleh kepentingan
politik. Kemudian, beliau berpendapat, “Seharusnya, politik dan agama itu
dipisahkan.”
Dari
pendapat beliau, ada mahasiswa yang protes, “Pak, Islam, kan sudah mengatur
manusia dari bangun tidur sampai tidur lagi. Yang kita pelajari dari Islam itu
tidak hanya agama, tetapi juga sains, politik, hukum, ekonomi, dan banyak lagi.
Berarti, politik itu juga bisa diatur oleh Islam.” Kurang lebih komentarnya
begini, ya.
Pak
Bakir pun menanggapi, “Kan, Indonesia bukan negara Islam, cuman mayoritas
Islam. Lagipula, di beberapa hal, hukum Islam itu susah sekali diterapkan.
Misalnya saja…. (beliau ada ngasih contoh soal percetakan uang, tapi nggak tau
juga ah, soalnya aku nggak ngerti, hehehe)”
Selain
perdebatan kecil itu, Pak Bakir juga agak-agak promosi Kompas. “Kompas itu
cuman memuat berita penting, berita yang edukatif. Coba, kalian sebutin salah
satu contoh berita nggak penting!” Beliau menanyai seisi ruangan.
Sebagian
besar menjawab, “Eyang Subuuuuuur!”
“Nah,
perseteruan Eyang Subur itu nggak penting. Jadi, jangan harap kalian menemui
berita itu di Kompas. Kecuali kalau kasusnya dibawa ke ranah hukum. Itu sudah
masuk pidana.”
Intinya,
isi pembicaraan begitu, lah, ya. Oke, dari sini aku udah agak pusing.
Acara
dilanjutkan ke pembicara kedua, yaitu mbak Ayu Utami. Karena sebagian besar
seminar diisi oleh kakak-kakak UPI jurusan sastra, maka nggak heran kalau mbak
ini disambut dengan cukup meriah. Bahkan aku lihat udah banyak yang megang buku
karya Ayu Utami seperti Saman, Cerita Cinta Enrico, dan Larung. Ayu Utami
bercerita bahwa awalnya dia adalah seorang wartawan, kemudian gara-gara
perekonomian yang buruk di tahun 1998, dia kena PHK. Dia dipindahtugaskan jadi
bagian pemasaran (kalo nggak salah, ya). Karena nggak sesuai hati, dia pun
berhenti. Nah, saat itulah akhirnya dia memulai karier sebagai penulis dengan
kemunculan novel pertamanya “Saman”. Novel tersebut dapat pujian di mana-mana.
Akhirnya, berlanjutlah karier si mbak dalam dunia tulis-menulis.
![]() |
Mbak Ayu Utami |
Melihat
penampilan mbak Ayu Utami saat itu, aku menyimpulkan bahwa dia adalah orang
yang lugas dan bebas. Perkiraanku benar. Dia sempat mengeluarkan pernyataan,
“Menurut saya, wanita itu tidak perlu menikah. Saya suka kasihan sama wanita
yang sering disebut perawan tua oleh orang-orang karena dia belum menikah di
usia tertentu. Itu sering kali memancing karakter dia. Dia jadi agak agresif
dan sensitif. Saya bahkan pernah bersumpah bahwa saya tidak akan menikah selama
hidup saya.”
“Tapi
akhirnya saya pun menikah, meskipun menikahnya secara agama di sebuah gereja.
Saya memang sudah menikah, tetapi di KTP saya tetap ditulis ‘lajang’. Banyak
pembaca buku saya yang kecewa. Sebagian besar mereka adalah wanita-wanita yang
bertekad tidak mau menikah. Ketika ditanya alasannya, mereka seringkali
menjawab, “Tuh, Ayu Utami aja nggak nikah!” Bisa dibayangkan betapa down-nya mereka. Untuk itulah saya
membuat buku berjudul “Pengakuan Eks Parasit Lajang”—bisa dikatakan otobiografi
saya. Yang emang nggak pengen nikah, nggak usah nunjuk saya lagi. Apabila punya
alasan yang kuat, lakukan saja!”
“Saya
tidak setuju kalau keluarga dikepalai oleh laki-laki. Pada zaman ini, wanita punya
hak untuk lebih dari laki-laki. Kan, misalnya yang laki-laki lagi kuliah S2 di
luar negeri, trus siapa yang jagain anak di rumah? Perempuan, kan? Yang nyari
nafkah selama laki-laki lagi jauh siapa? Perempuan, kan?” Untuk pernyataan yang
ini, kayaknya si Mbak Ayu melihat dari sisi si pencari nafkah aja, deh. Hehe.
Okelah.
Aku
udah mulai pusing banget. Perlu makan. Tadi gara-gara berangkat kepagian nggak
sempat sarapan. Cuman beli pukis yang kebetulan dijual oleh mang-mang yang
nongkrong di depan UPI. Dengan memegang kupon makan siang ini, harapanku untuk
melahap nasi sangat besar.
Pas
pembagian makan siang tiba, ternyata yang aku dapat hanya sekotak brownies
dengan berbagai rasa. Awalnya aku pikir itu cuman makanan penutup. Ternyata itu
emang makan siangnya!
Aku
langsung lemes. Kirain dapat nasi kotak atau sejenisnya. Yang jadi sponsor
brand brownies, sih. Kalo sponsornya rumah makan padang pasti ceritanya bakal
lain. Tapi aku langsung menghibur diri. Toh, 15000 udah dapat brownies segini
plus banyak merchandise kan langka tuh, hehe.
Sebenarnya,
setelah bagi-bagi brownies, ada acara pengenalan Rumah Cemara. Aku kenal banget
sama yayasan yang satu ini karena pernah tampil di Homeless World Cup. Pengen
banget ikut menyimak sebenarnya, cuman aku lebih mentingin sholat jadi yaaa
beranjak akunya. Tapi emang sholat itu lebih penting, betul tidak? ^_^
Setelah
sholat, ada hiburan dulu, nih, dari Katakita Kustik. Nah, si MC, Iwan The Big
One, dan satunya lagi aku lupa (maaf ya Pak :’)) ngenalin salah satu orang di
sana. Namanya Rizal. Trus katanya dia merupakan eks member dari salah satu grup
RnB di Indonesia. Dalam pikiranku langsung muncul satu nama. Tapi aku cuek aja
sambil makan brownies.
“Siapa
yang bisa nebak dapat hadiah hayoooo. Trus salah satu lagunya yang terkenal itu
ini loh: kauu~ nananananananaa~ (liriknya diubah sama MC, lupa apa)”
Tuhkan!
Tebakanku bener dari awal. Beberapa orang sudah angkat tangan. Tapi, karena
greget si MC ga nunjuk siapa-siapa, akhirnya aku maju sendiri ke depan, dengan
mulut yang masih penuh dengan brownies.
“Oh,
ibu suster~~” sapa Iwan The Big One. Hahaha, itu karena aku pake jilbab putih
dan baju kaos polos warna putih. Eih, sumpah, I’m really bad at dressing up!
MC: Siapa namanya?
Aku:
Audia
MC:
Dari fakultas apa dan jurusan apa?
Aku:
aku belum kuliah, kok.
MC:
Loh? Belum kuliah? Ternyata ibu kantin nyasar ke sini yaaa
Penonton:
*ketawa*
MC: Oke, jadi jawabannya apa?
Aku:
T FIVE!!!
MC:
duh, muncrat.
Aku:
*dalam hati* yaudahsih.
MC:
jawabannya….BETUUUUUL!
Karena
ngejawab itu, aku pun dapat tempat minum Kompas. Setelah menerima hadiah, aku
dapat sinyal dari fotografer buat foto dulu. Aku agak mendekatkan badanku ke
dekat panggung. Ternyata si MC salah kaprah, “Loh? Mau salaman sama Rizal, ya?”
Aku
speechless. Tapi okedeh, akhirnya aku salaman, hehehehehe.
Katakita
Kustik keren pokoknya. Banyak ngecover lagu dari Kahitna, Glenn Fredly, dan
banyak lagi. Apalagi aku baru dapat tempat minum baru, mood jadi lebih bagus.
Akhirnya,
pembicara yang paling ditunggu-tunggu pun tiba. Mba Mira Lesmana! Sambutan
meriah langsung diberikan ketika mbak ini menuju panggung. Siapa, sih, yang
nggak kenal Mira Lesmana? Kalau nggak kenal, at least tau film-filmnya lah ya.
Seperti film anak remaja paling berkesan sepanjang masa—Ada Apa Dengan Cinta,
film anak-anak paling diingat sepanjang masa—Pertualangan Sherina, Gie, Laskar
Pelangi, Sang Pemimpi, dan banyak lagi.
![]() |
Mbak Mira Lesmana |
Mira
Lesmana menceritakan pengalamannya dari awal dia menjadi produser film,
pengalaman selama syuting, serta memperbincangkan masalah keuangan. Banyaaaak
banget sebenarnya masalah yang dibahas waktu itu karena banyak pula peserta
seminar yang nanya. Tapi karena aku sudah capek, pusing, serta pengen makan
nasi, pembicaraan pun nggak terlalu nempel banget. Intinya, Mira Lesmana ingin
membangkitkan dunia perfilman Indonesia serta mengajak anak muda, terutama yang
gemar film, untuk memproduksi film yang berkualitas. Selesai.
Tibalah
saat pengundian doorprize. Aku ga langsung keluar ruangan, soalnya aku punya
firasat baik tentang ini. Aku pun bersabar buat nunggu. Pertama, mengundi yang
dapat botol minum. Kemudian, mengundi yang dapat tas Kompas. Pas pengundian
yang ini, nomor undianku ternyata disebut!
Aku
langsung maju. Iwan The Big One tampak takjub. Trus dia langsung refleks, “Oh….
si ibu suster ternyataaaa~”
Setelah
resmi menang undian, aku langsung berlalu dari ruangan. Tiba-tiba ada yang
manggil, “Mba, mba”
Aku
menoleh. Ternyata itu si kakak yang pake kacamata yang ada talinya ituloh,
kayak si Satrio anak kelas 4 SD Kharisma Bangsa (emang kalian kenal sama dia?),
yang setau aku ketua ASAS UPI karena tadi sempat ngasih sambutan di awal acara.
Si kakak itu nanya, “Mbak dari rumah sakit mana, ya?”
Oooh,
bercandaan toh. Tapi karena saat itu aku diburu rasa lapar dan ingin segera menuntaskannya,
maka aku cuman jawab, “Nggak dari mana-mana, kok.” Trus udah aja pergi. Melalui
tulisan ini, saya ingin minta maaf sama kakak itu karena nggak menanggapi
dengan ramah, saya berjanji akan lebih ramah lagi. Ini adalah pernyataan maaf official.
Aku
sholat Ashar dulu di mesjid UPI, kemudian aku langsung caw naik angkot. Jujur,
aku udah teller banget menghadapi semua ini. Karena yang hadir di seminar
sebagian besar adalah mahasiswa, jadi pembicaraannya juga udah tingkat
mahasiswa. Aku masih jetlag, belum terbiasa. Makanya pusing. Apalagi perutku
cuman diisi kopi, pukis, browies, dan air putih.
Sekitar
jam 17.30, akhirnya aku mampir di Baltos dan bisa makan makanan favorit saya,
Hawaiian Chicken Roll ditemani dengan teh es manis. Aku baru sampai di asrama
pukul 18.30. Gila, seharian.
Ini
menjadi pengalaman berkesan buatku karena selain ketemu sama public figure dan
dapat merchandise, aku juga ngebaur sama mahasiswa. Yaaah, mungkin kehidupan
perkuliahan bakalan lebih berat dari ini.
Aku rasa, tulisan ini kurang lengkap karena
nggak dilengkapi sama foto keadaan pas seminar (aku nyalahin kamera HP aku yang
cuman 2 megapixel). Trus dikarenakan catatan seminar aku tercecer entah kemana,
jadi yang aku tulis di sini emang yang aku ingat aja. Semoga bermanfaat~~~
Menjadi Mahasiswa Sehari
Reviewed by Audi
on
Agustus 05, 2013
Rating:

Tidak ada komentar:
Thanks for coming! ^^
Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu untuk menghindari komentar spam.