Oke,
kita sambung lagi ceritanya~
H-1
SBMPTN
Langit
kota Bandung sudah mulai menampilkan siluet jingga ketika aku sedang menikmati
makan malamku di Gokana. Beberapa menit yang lalu, aku janjian ketemu sama
Nadia di Palasari. Dari sana, Nadia langsung mengajakku jalan kaki menuju rumah
keluarganya untuk meletakan barang-barangku di sana. Akupun sudah bertemu
dengan tantenya. Aku senang karena dapat warm
welcome dari mereka. Suasana hatiku menjadi lebih cerah dan segar, sesegar
es lemon tea yang sedang aku nikmati saat ini.
“Rumah
keluarga kamu di sini enak banget, ya Nad. Dekat sama banyak rumah makan.” ini
benar-benar komentar dari orang yang suka makan.
Selesai
menghabiskan makan malam di Gokana, aku mengajak Nadia ke SMP 13 untuk
memeriksa lokasi tes. Hari sudah mulai gelap. Sekolah itu sepi, nggak seperti
perkiraanku bahwa bakalan banyak orang yang akan memeriksa lokasi tes. Mungkin
sudah pas sore tadi. Yang tersisa cuman satu orang cowok berjaket merah. Dia
sempat nanya ke aku, “Kamu ruangan mana?
“Ruang
9.” jawabku.
“Ooh,
sama. Aku juga ruang 9.”
“Ooh,
ya udah. Hehehehehehe.” sumpah, ini awkward.
Kami
sudah sampai di depan ruang 9. Pintu ruangan itu di kunci. Yang ada hanyalah
nomor peserta ujian yang tertempel di jendela kelas.
“Aiih,
Nadia. Aku lupa bawa kartu peserta. Loh? Nadia di mana?” yang aku ajak ngomong
nggak ada di samping aku.
Ternyata
dia baru saja melakukan eksplorasi ke kelas lain. Kemudian dia bilang, “Di
kelas sana aku ada liat ruang 5, 6, tapi 7 dan seterusnya nggak ada. Kayaknya
nyambung ke lantai atas, deh.”
“Oh
ya? Berarti ada dua buah ruang 9, dong.” aku memastikan. Soalnya di sisi lain
aku juga ada liat ruang dengan nomor yang sama.
Karena nggak bawa kartu peserta, akhirnya aku
minta bantuan Nadia untuk memotret daftar nomor peserta ruang 9 (aku nyalahin
kamera HP-ku yang cuman 2 megapixel dan nggak pake flash). “Kalo nomorku nggak
ada di sini, berarti aku di ruang 9 yang satunya.”
Pulang
dari SMP 13, aku langsung membongkar tasku dan mencari kartu peserta.
“Nad,
tolong pastiin, ya! Ini nomor awalnya: 213…”
“Semuanya
awalnya 213, kak!” Nadia memastikan sambil melihat layar HP-nya.
“Oke,
belakangnya aja ya. 07561…”
“Ada,
kak. Paling pertama.”
What???
Aku agak sensitif dengan perkataan yang-paling-pertama. Kemungkinan cuman ada
dua: di depan pintu atau di depan pengawas. Tapi setidaknya paling ujung, kok.
Jadi bisa senderan kalo lagi penat atau gimana.
Sisa
malam itu aku habiskan dengan santai. Apalagi ketika Teh Gita—kakak sepupunya
Nadia yang merupakan mahasiswi akuntansi Unpad—datang. Aku memanfaatkannya
dengan menanyakan materi ekonomi yang emang paling nggak aku mengerti.
Karena
esok hari yang penting, aku memutuskan buat tidur lebih awal. Namun, sebenarnya
tidurku nggak terlalu nyenyak malam itu.
***
Hari Pertama!
Aku
diantar Nadia ke SMP 13. Bukannya aku takut jalan sendiri, cuman jujur waktu
itu akunya agak gugup, jadinya minta temenin biar sedikit tenang. Aku yakin
bukan aku doang yang gugup, tapi teman-teman peserta lain juga merasakan hal
yang sama. Keliatan muka-mukanya.
Seperti
perkiraanku, ternyata aku duduk di dekat pintu. Tempat duduk di ujung itu emang
comfort zone. Aku berharap ini berpengaruh dengan hasil SBMPTN-ku nanti.
Sesi
pertama adalah TPA. Strategiku: pokoknya
setiap sesi atau setiap bagian harus ada yang diisi. Sesi ini lumayan agak
ringan. Ngerjainnya pun sambil lalala senandung nggak jelas gitu.
Selesai
tes, ada istirahat 30 menit sebelum melanjutkan ke sesi selanjutnya. Untuk
lebih menenangkan diri, aku minum yogurt yang aku bawa dari rumah. Sebenarnya,
aku bakalan lebih tenang lagi kalo bisa sambil ngobrol santai sama peserta
lain.
Oke.
Ketemu sasaran satu. Cewe pake jilbab putih. Tempat duduknya berjarak dua
tempat duduk di belakangku. Aku langsung berjalan ke tempatnya dan duduk di
sampingnya.
Namanya
Fatimah, atau aku biasa manggil Kak Fatimah. Lulusan tahun kemaren soalnya.
Awalnya basa-basi dulu mengenai soal TPA. Habis itu memprediksi nanti soal TKD
gimana. Trus juga ngomongin tes kemampuan Soshum juga bakal gimana. Dari
pembicaraan tersebut langsung ngarol-ngidul aja, sampai sempat ngomongin kenaikan
harga BBM. Tapi dengan begini, kan, suasana SBMPTN jadi lebih enjoyable.
Intinya: dibawa santai.
Sesi
kedua, TKD. Setelah membaca petunjuk soal, aku langsung skip bagian Matematika
Dasar tanpa pikir panjang. Yup, bagi aku yang emang nggak terlalu jago
hitung-hitungan, ngerjain Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris terlebih dahulu
bisa menjadi alternatif yang bagus. Pada akhirnya, aku cuman bisa ngerjain satu
soal Matdas, tapi aku yakin banget kalau itu emang jawaban paling benar.
Prinsipku: yang penting nggak dapat
nilai mati.
Pulang-pulang
dari lokasi tes, Teh Gita yang memperhatikan ekspresi wajahku langsung
komentar, “Wah, kamu hari ini tenang banget, loh! Tadi aku liat yang tes di ITB
keluar-keluar pada banyak yang lesu, hehehe.” Nah, semoga jadi pertanda baik,
deh!
***
Hari kedua!
Gara-gara
aku ngambil prodi Soshum, hari kedua ini aku masuknya pukul 10.30. Aku sempat
main-main sebentar ke situs masuknegeri.com dan latihan ngerjain soal-soal
Sejarah, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi. Bahkan, aku sempat main-main beneran
ke situs Facebook. Biasa, Criminal Case. Bahkan aku benar-benar lagi main-main
karena sempat-sempatnya buka 9gags. Terima kasih banget buat komputernya Teh
Gita.
Satu
jam sebelum tes, aku sudah jalan menuju SMP 13. Nggak disangka, ternyata aku
papasan sama teman les aku, Kak Ummi, yang lagi ngebonceng Kak Arri. Kak Arri
satu lokasi tes sama aku. Jadi berangkatnya barengan deh. Sebelumnya mampir di
warteg dulu karena Kak Ummi belum sarapan.
Sesampainya
di tempat tes, aku ketemu sama Bya, teman satu sekolah. Bya ternyata udah ada di
sana dari pagi gara-gara salah liat jadwal. Jadi, kami tigaan (aku, Bya, Kak
Arri) nongkrong dulu di depan SMP 13 sambil sedikit-sedikit ngebahas soal.
Akhirnya
waktu mengerjakan soal Tes Kemampuan Soshum dimulai. Karena sangat disarankan
untuk mengerjakan soal yang dirasa mudah terlebih dahulu, aku sudah menyiapkan
urutan soal yang ingin aku kerjakan. Aku akan mengerjakan soal Sejarah terlebih
dahulu, trus langsung loncat ke Sosiologi, balik ke Geografi, dan terakhir
ngerjain Ekonomi. Nah, di Ekonomi inilah ragu-ragu mulai muncul. Dengan modal
ragu-ragu itu, aku hanya mengerjakan dua soal Ekonomi. Pas ngebulatin LJK,
berkali-kali aku berbisik pada si pensil Lira, “Bismillahirrahmanirrahim, bawa
aku ke UGM… bawa aku ke UGM…” Nasibku memang udah di ujung pensil.
Di
pelajaran lain, aku sudah memperhitungkan bahwa aku udah pasti dapat poin. Nah,
dua soal Ekonomi yang aku jawab itulah penentuan hidup-matiku di SBMPTN.
Kemungkinannya ada tiga:
1. Dua-duanya benar. Selamat.
2. Satu benar, satu salah. Masih selamat.
3. Dua-duanya salah. Mati.
Untuk
menghilangkan kekhawatiran itu, aku langsung nyerbu mang-mang kentang crispy
sama Kak Arri. Tak cukup sampai situ, aku juga melahap satu Chicken Cheese
Burger. Ketahuan banget rakusnya. Udah ah, biarin. Yang penting tesnya sudah
selesai.
Teh
Gita langsung ketawa ketika aku pulang. Lesunya sudah terpampang nyata pada
mukaku. Tapi setelah itu aku langsung bisa move on, kok. Aku langsung semangat
karena ingat janji sama Diah ke Ciwalk. Di sana, selain ingin melakukan
transaksi Running Man, kami juga makan makanan Korea di Mujigae Resto. Setelah
itu, kami ke toko DVD dan akhirnya nonton Man of Steel 3D. Hiburan-hiburan tersebut
cukup menjadi pelepas penat SBMPTN.
Dan
yaaah, akhirnya tinggal nunggu nasib.
Bagaimanakah nasib saya selanjutnya? Ke
manakah saya berlabuh pada akhirnya? Sebenarnya nasib saya masih tergantung
hingga saat saya menulis ini. Oke, kapan-kapan bakalan aku kabarin kok!
SBMPTN, Fighting!
Reviewed by Audi
on
Agustus 05, 2013
Rating:
Thanks for sharing! Insya Allah saya akan menghadapi SBMPTN.
BalasHapusokeyy sama2, sukses yaaaaa! :)
BalasHapus