Travelling, A Mood Neutralizer

sumber: en.wikipedia.org
Tulisan ini berawal dari artikel ini.

Seperti yang aku jelaskan dalam tulisan Perantauan 4: Gue Tinggal di Tangerang Apa Jakarta, Sih?, kendaraan umum favoritku saat ini adalah KRL. Karena KRL, aku jarang banget nyasar di Jakarta. Dari kendaraan umum ini pula aku bisa menjelajahi berbagai tempat di Jabodetabek. Baik bersama rombongan maupun sendirian. Karena itulah kabar adanya kenaikan tarif KRL cukup bikin aku hopeless. Mungkin ada yang fine-fine aja dengan kenaikan ini. Ya, cuman naik 50% doang kok. Mungkin, ya, mungkin. Tapi bagi anak kos kayak aku nih, yang perlu apa-apa serba murah demi bertahan hidup di kampung orang, kenaikan itu bisa berakibat pada pengeluaran ekstra juga. Duh.

Anyway, setelah berada di Jakarta--maaf, Bintaro--hobi favoritku, yaitu jalan-jalan-menyasarkan-diri-dalam-hiruk-pikuk-kota-sembari-pikiran-menerawang-ke-antah-berantah pun berlanjut. Setelah aku telusuri, ternyata hobi ini bermanfaat buat mengatur mood-ku. Jika aku sedang badmood atau kenapa, travelling dapat jadi penetralisir mood yang tercemar gara-gara apapun.

Well, sebenarnya apa istimewanya hobi ini, sih, sehingga dapat menjadi mood-neutralizer?


1. Mengasingkan diri di tengah orang banyak

Ada kalanya aku tidak menginginkan kehadiran orang-orang yang aku kenal di sekitarku. Mengapa? Entahlah. Mungkin aku menginginkan suasana baru untuk sementara waktu. Lalu, aku memilih untuk pergi. Ke mana saja. Yang penting tidak ada orang yang kenal aku. 

2. Membuat orang lain tersenyum

Salah satu sumber kebahagiaan adalah melihat orang lain bahagia karena perbuatan kita. Tidak percaya? Buktikan aja. Misalkan dalam perjalananmu, kamu melihat anak kecil menangis. Lalu kamu memberinya permen sehingga dia jadi tersenyum ceria. Gimana perasaanmu? 

Ketika aku melakukan ini, mood-ku bisa lumayan pulih. Dengan melakukan perjalanan, aku bisa bertemu orang lain dan membuat mereka tersenyum. 

3. Mendapatkan inspirasi untuk sebuah tulisan

Selalu ada cerita dalam sebuah perjalanan. Entah itu berkesan ataupun tidak. Yang pastinya, banyak hal yang dapat dijadikan tulisan dalam perjalanan itu. Mungkin aja aku menemukan kejadian menarik yang bisa aku jadikan sebuah karya fiksi. Atau mungkin saja kisah perjalanan itu dapat dijadikan sebuah tulisan non-fiksi. 

Salah satu tulisanku yang terinspirasi dari sebuah perjalanan adalah Aula Simfonia Jakarta, Feel Your Classical Soul! dan hasil yang didapatkan dari tulisan ini pun lumayan, hehehe. 

4. Belajar bersyukur

Ada kalanya pula aku merasa bahwa aku adalah orang paling menderita di jagad raya ini. Padahal, masalahku mungkin hanya sekadar dicuekin gebetan. Nah, inilah gunanya perjalanan. Ketika aku melakukan perjalanan, aku bakal menemukan macem-macem orang. Kalau di Jakarta, aku nggak pernah nggak ketemu dengan pengemis atau pengamen di setiap perjalananku. Apalagi kalau kereta yang aku naiki menuju stasiun Tanah Abang. Pasti aku ada melihat "perkampungan" yang dijadikan tempat tinggal padahal tidak layak. Dan di situlah aku bisa mengucap syukur berkali-kali, yang membuatku merasa bahwa aku adalah orang yang sangat beruntung. 

5. Sarana perenungan

Melakukan perjalanan bikin aku jadi sok filosofis. Apalagi jika aku melakukannya ketika bete. Aku mungkin akan mencari alasan kenapa aku bisa merasakan ini? Mengapa hal itu dapat menyebabkan aku jadi seperti ini? Lalu, aku bisa tiba-tiba baper sambil melihat objek yang bergerak semu dari kaca jendela kereta. Tak lama kemudian, aku pun dapat merasa lega. Entah kenapa. Setelahnya baru aku bisa berpikir apa yang bisa aku lakukan untuk memperbaiki hal yang menjadi masalahku. 




Travelling, A Mood Neutralizer Travelling, A Mood Neutralizer Reviewed by Audi on November 10, 2015 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Thanks for coming! ^^
Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu untuk menghindari komentar spam.

Diberdayakan oleh Blogger.