How To Be A Changemaker Versi Andri Rizki Putra



Kejujuran telah menjadi barang yang sangat mahal saat ini. Rasanya, susah banget menerapkan kejujuran dalam hidup kita. Susah banget juga membuat sistem yang jujur dalam masyarakat kita. Dan, minimal, jujur pada diri sendiri pun kadang tak bisa sepenuhnya. Pokoknya, barang bernama jujur ini sudah sangat langka, layaknya margasatwa yang musti dilindungi banget.

Namun, ketika jujur itu bersuara, entah kenapa kebaikan itu ditentang oleh banyak orang. Begitulah yang pernah dialami oleh Andri Rizki Putra, kakak cakep pendiri Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) ini. Pada hari Senin, 23 November 2015, aku berkesempatan buat ketemu kakak ini dalam acara #KUTalk yang diadakan oleh Kampus Update dengan tema “Be The Young Changemakers”. Demi ketemu dapat ilmu dari kakak ini, aku pergi jauh-jauh dari Bintaro ke kantor Godrej yang terletak di daerah dekat Bandara Halim Perdanakusuma.






Di awal presentasinya, Kak Rizki mengomentari tema #KUTalk.

“Sebenarnya saya sendiri nggak pantes disebut ‘changemaker’ because we cannot change people, unless they want to change themselves...”

Oke, udah langsung jleb, nih. 

Sebelum Kak Rizki menceritakan tentang dirinya, dia menceritakan yayasan yang didirikannya terlebih dulu. Saat ini, nama YPAB sudah familiar di telinga kita. Berkat Kak Rizki juga, sih, yang diundang ke beberapa acara televisi semacam Kick Andy. Yayasan ini memiliki tiga cabang, yaitu di Bintaro, Tanah Abang, dan Medan. Kerjaannya adalah mengumpulkan orang-orang yang putus sekolah (yang emang nggak mampu secara finansial) untuk belajar agar dapat mengikuti ujian kesetaraan. Aku nangkepnya gitu sih. 

“Dari beberapa yang ikut ujian, yang lulus mencapai 93%. Meskipun nggak sampai 100%, saya dengan bangga mengatakan bahwa hasil ini didapat dengan JUJUR!”

Hadirin bertepuk tangan.

Barulah Kak Rizki bercerita tentang perjalanan hidupnya.  Seperti yang sudah kita ketahui, Kak Rizki adalah anak putus sekolah. Tapi bukan karena ekonomi, melainkan karena emang keinginan dia sendiri untuk berhenti sekolah.

“Saya dulu SMP di sebuah SMP Negeri di Jakarta. Nggak usah disebutin, lah. Nah, menjelang UN, guru-guru di sana menghimbau kami buat nyari kunci jawaban UN. Menurut saya, itu bukan perbuatan yang baik dan perlu diluruskan. Maka dari itu, saya datang ke kepala sekolah dan melaporkan adanya praktik kecurangan ini. Kirain bakal disupport, soalnya, kan, saya menyampaikan suatu kebaikan. Eh, ternyata saya dibilangin gini, ‘Selama itu menyangkut kebaikan sekolah maka itu diperbolehkan. Lagipula, kita melakukan ini buat mempertahankan reputasi sekolah. Masa, sih, ada siswa sekolah kita yang nggak lulus UN? Malu, dong.’

Dan setelah itu hati saya bener-bener hancur. Saya pun berpikir, sekolah yang seharusnya menjadi lembaga pendidikan menuju ke arah kebaikan, justru mengajarkan muridnya untuk berbuat curang. Setelah kejadian itu, saya depresi. Saya jadi mengalami krisis kepercayaan. Saya sempat masuk SMA, namun hanya sekitar dua bulan, karena saya yakin bahwa ketika UN nanti akan menghadapi persoalan yang sama. Saya bilang ke orang tua saya bahwa saya ingin berhenti sekolah. Saya sangat beruntung karena orang tua saya mengerti perasaan saya dan mendukung keputusan saya.
Saya bukannya nggak suka belajar. Saya senaaaang sekali belajar. Yang saya sesalkan adalah sistem pendidikannya. Maka, setelah saya memulihkan diri, saya pun memutuskan untuk melanjutkan pendidikan lagi. Saya pilih untuk mengikuti ujian kesetaraan. Yah, meskipun ujian tersebut cenderung diremehkan dan katanya juga bakal susah untuk diterima di perguruan tinggi. Tapi saya tetap ngotot ingin mengambil itu. Jadi, saya belajar semaleman ngejar materi SMA selama tiga tahun dan untungnya perjuangan saya nggak sia-sia.”

Dari pengalamannya putus sekolah, timbullah keinginannya untuk mendirikan sebuah yayasan. YPAB nggak langsung beken di awal pendiriannya. Banyak rintangan yang dihadapi.
“Kami tuh nyari murid sampai keliling-keliling. Susaaaah banget nyarinya. Pas ada muridnya, kami hubungin mereka seintens mungkin. Udah kayak orang pacaran aja, hehehe. Selain susah nyari murid, dulu kami bahkan sempat didemo warga. Kenapa? Soalnya kami dikira tempat prostitusi. Duuh, mau berbuat kebaikan malah disangka macem-macem. Ckckck.

Kemudian, ada kejadian waktu kami lagi semangat-semangatnya buat ngajar. Pengajarnya yang datang ada 12 orang. Eh, muridnya nggak ada. Pas ditelusuri, ternyata mereka lagi pada nonton Persija. Okedeh, Persija lebih dapat tempat di hati mereka daripada kami.”

Kak Rizki mengakui bahwa menjadi seorang volunteer itu emang nggak mudah. Karena volunteer itu nggak menjanjikan apa-apa selain kepuasan batin. Untuk tetap bertahan pada prinsip, ada tips-tips yang diberikan oleh Kak Rizki:


1.       Jangan mudah baper. Seperti yang dialami Kak Rizki dkk, di awal pendirian yayasan itu banyak banget rintangannya. Seandainya mereka pas dikatain ini-itu langsung masukin ke hati, mungkin mereka udah ngga bisa tetep eksis saat ini karena terlanjur sakit hati.
2.       Harus move on. Okelah sempat tersakiti oleh kata-kata orang tentang volunteer. Tapi sakitnya juga jangan berlarut-larut. Harus cepat move on dan bikin pergerakan lagi.
3.       Milikilah kemampuan untuk memaafkan. Memaafkan diri sendiri dan juga orang lain. Kalo dibawa kesel terus ya nggak bakal jalan.
4.       Pasrah. Maksudnya pasrah itu gini, kita hanya bisa menjalankan sebuah usaha sebaik kemampuan kita, namun yang menentukan hasilnya teteplah Yang Di Atas.

Setelah melalui perjuangan yang berliku-liku, akhirnya YPAB pun mulai berkembang. Kelas, yang awalnya hanyalah garasi, sekarang menjadi kelas yang sesungguhnya, yang ada kursi-kursi khas kuliahan. Murid, yang dulu harus dicari ke sana-sini, sekarang udah pakai waiting list. Namun, Kak Rizki melihat hal ini sebagai sebuah tantangan baru yang lebih berat. 

“Tantangan ini adalah bagaimana cara kita untuk mempertahankan visi misi yang sudah kita bangun di awal yayasan ini berdiri. Sekarang, banyak banget orang yang datang pada kami menawarkan bantuan dana sebanyak mungkin, tetapi banyak pula yang kami tolak. Agar YPAB tetap berdiri, kami sepakat untuk tetap mempertahankan idealisme kami. Kami udah berkomitmen kalo yayasan ini buat mereka yang putus sekolah secara finansial. Pernah ada yang datang pada kami mendaftarkan diri sebagai murid dengan alasan, “Malas di sekolah blablabla,” itu bakal langsung kami tolak.”

YPAB telah menjadi yayasan yang dikenal banyak orang. Hal ini juga tak lepas dari peran para volunteer yang melakukan kerja sama dengan baik. 

“Saat ini, jadi volunteer itu kebanyakan buat keren-kerenan. Biar kekinian. Biar bisa selfie-selfie. Biar nambah pengalaman di CV. Kalau motivasinya gitu doang, jarang ada volunteer yang bakal bertahan lama. Nah, karena itu YPAB sering banget ngadain acara buat para pengajar. Tujuannya agar mempererat kekeluargaan antarsesama volunteer. Selain itu, jika ada pengajar yang lagi ultah, kita beserta murid-murid sering bikin kejutan kecil di ultahnya. Seneng, dong, pastinya dapat perhatian kecil di sekitar kita. Inilah yang membuat volunteer menjadi betah dan nggak pengen pergi dari sini.” Jelas Kak Rizki.    

Terakhir, Kak Rizki menyampaikan pesannya pada kami. 

“Figur yang dibutuhkan dunia saat ini bukanlah mereka yang berpengetahuan luas atau memiliki ide cemerlang. Namun, mereka yang dapat merealisasikan pengetahuan dan idenya menjadi nyata, diimplementasikan, dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.” 

Yap, ada benarnya juga kata Kak Rizki bahwa kita sebenarnya tidak bisa murni menjadi changemaker kecuali kalau orangnya sendiri yang mau berubah. Akan tetapi, dari pengalaman Kak Rizki, aku bisa menyimpulkan bahwa perubahan itu dapat dilakukan jika kita dapat mengajak atau membujuk orang lain menuju perubahan tersebut. 

Anyway, makasih banget Kak Rizki yang telah membagikan pengalamannya kepada kami. Terima kasih juga buat Kampus Update selaku penyelenggara dan PT Godrej Indonesia yang sudah menyediakan venue. Ditunggu obrolan-obrolan inspiratif lainnya! ^^
 

How To Be A Changemaker Versi Andri Rizki Putra How To Be A Changemaker Versi Andri Rizki Putra Reviewed by Audi on Desember 06, 2015 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Thanks for coming! ^^
Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu untuk menghindari komentar spam.

Diberdayakan oleh Blogger.