Masih agak berhubungan dengan Introvert Problem #3: Hemat Ngomong, sebagian besar introvert memang nggak terlalu banyak ngomong, meskipun tak menutup kemungkinan kalau introvert itu cerewet. Jika introvert sudah cerewet, cerewetnya bisa melebihi cerewet orang kebanyakan.
Tak hanya mulut saja yang cerewet. Tangan juga bisa cerewet, lho! Bahkan, beberapa introvert lebih cerewet lewat tangannya daripada lewat mulutnya. Melalui tangannya, introvert bisa menulis apa yang sedang dia pikirkan.
Contohnya aku.
Jika kamu membaca tulisan ini, kamu bisa saja beranggapan kalau aku akan berbicara selancar tulisanku (emang tulisannya lancar ya? wkwk). Padahal, jika aku ingin bicara, aku harus berpikir beberapa kali mengenai kalimat apa yang harus aku keluarkan. Ketika kalimat tersebut keluar, aku bisa tiba-tiba gagap atau mengeluarkan kata-kata yang nggak jelas. Dan itu memang sering banget terjadi, hehe.
Seseorang juga pernah memberi testimoni. Dia bilang aku lumayan cerewet ketika diajak chatting. Tapi pas ketemuan malah kaku banget kayak batu.
Apakah kamu juga seperti itu?
Ada beberapa alasan mengapa introvert lebih senang mengekspresikan perasaannya dengan menulis. Bagi beberapa orang introvert, berbicara adalah sebuah kegiatan yang biasanya berakhir canggung. Apalagi kalau bicaranya dengan orang yang belum terlalu dikenal baik. Berkomunikasi lewat tulisan bisa mengurangi rasa canggung, meskipun nggak selalu.
Introvert sering berpikir berkali-kali dulu sebelum bicara karena memang memiliki banyak pertimbangan seperti pemilihan kata atau reaksi yang akan ditimbulkan oleh orang yang dia ajak bicara. Menulis jadi sebuah pelampiasan yang cocok untuk berkomunikasi karena tulisan bisa dijadikan draft dan bisa diedit sewaktu-waktu jika ingin diterbitkan. Tapi ini tidak berlaku untuk chatting karena sifat chatting juga seperti bicara real time. Bedanya cuman sarana komunikasinya saja.
Kemudian, menulis juga memberi ruang privasi lebih. Ketika melakukan komunikasi, dia tak harus berhadapan langsung dengan orang yang dia ajak bicara. Dia bisa menulis sambil menyendiri atau melakukan hal lain.
Akan tetapi, tetap saja berkomunikasi secara langsung itu penting. Nggak bisa, kan, wawancara kerja cuman dilakukan lewat SMS? Nggak bisa juga, kan, sidang kuliah dilakukan lewat Whatsapp? Meskipun komunikasi introvert memang nyaman dilakukan lewat tulisan, mau tidak mau introvert juga harus menyesuaikan diri dengan tantangan yang dia hadapi.
Untuk hal ini, aku nggak bisa sok-sokan ngasih nasehat karena aku sendiri juga bermasalah dengan ini. Karena itulah tetangga kompleks rumah dinas yang aku tempati di kota Bitung, Sulawesi Utara, sering banget memanggilku untuk keluar rumah. Setiap hari malah. Sering bersosialisasi dengan orang yang dekat secara geografis katanya bisa membuatku terbiasa untuk berbicara dengan orang lain di hari kemudian. Itu untuk perihal chit chat.
Untuk perihal bicara formal atau public speaking, banyak cara untuk melatihnya. Bisa dengan mengikuti lomba, latihan presentasi, dan banyak lagi. Tentunya tips untuk melakukannya bisa ditanyakan pada yang lebih ahli.
Intinya, banyak introvert yang lebuh cerewet lewat tulisan daripada saat bicara langsung. Hal itu memang disebabkan oleh beberapa hal. Walaupun begitu, tetap saja berbicara langsung itu perlu. Karena itulah beberapa introvert perlu melatih kecerewetannya. Salah satunya dengan memperbanyak sosialisasi.
Introvert Problem #4: Tangan Lebih Cerewet dari Mulut
Reviewed by Audi
on
Maret 26, 2016
Rating:

Jika introvert sudah cerewet, cerewetnya bisa melebihi cerewet orang kebanyakan.--> Aku banget ini mah, cerewet di tulisan dan dunia nyata hahaha.
BalasHapusAku setuju banget kalau sering berinteraksi dengan orang yg dekat secara geogrefis bisa memudahkan org introvert bersosialisasi. Soalnya aku juga lagi membiasakan diri interaksi sama orang sekitar juga Audi ^^
okesip toss sama-sama membiasakan diri buat sosialisasi. Good luck for us ya mbak ^^
HapusAku juga sama kayak kamu Audi, kalau mau ngomong harus mikir dulu, merangkai kata dulu dalam kepala baru diutarakan lewat lisan. Kadang juga susah untuk menjelaskan apa yg dipikirkan dengan kata-kata.
BalasHapusAku sendiri cara melatih berkomunikasi dengan cara masuk dalam sebuah komunitas terus selalu ikut ngumpul dan ikut ngobrol. Atau jalan-jalan sendiri terus kenalan sama orang baru, lumayanlah sekarang ada kemajuan dalam bersosialisasi.
Okesip, makasih atas sarannya ya mbak Dwi ^^
HapusDan seorang introvert saat membuat tulisan di blog seperti ini, pasti akan di edit berkali-kali. Harus sempurna. Bahkan sebelum di post pasti bakalan di edit lagi. Haruus sangaat rapi, kan?
BalasHapusGue awalnya introvert. Ini ganggu banget. Gue jadi susah bersosialisasi. Tapi pas kuliah ini, gue dapat teman yang cerewet, bisa ngobrol sama siapa aja, bahkan sama orang yang baru dia kenal. Disini gue belajar cara bersosialisasi. Belajar cara membuka obrolan dengan orang yang baru. Perlahan sih gue udah mulai bisa bersosialisasi dengan baik. Itu menyenangkan. kalo public speaking, gue rasa semua anak kuliahan sering presentasi depan kelas, ini juga jadi cara buat melatih public speaking.
aku sih lumayan seperti itu hehehe.
Hapusbener nih mas, dapet teman baik yang cerewet bisa bikin keikut cerewet juga. Patut dicoba. Terima kasih atas sarannya (y)
kalo cerewet untuk kebaikkan bisa jadi manfaat yang lebih baik looo mba, mengubah paradigma seseorang dari pribadi tertutup menjadi personal yang open minded, bukan begitu ya mbak Audi yang caem :)
BalasHapusNah, setuju banget nih mbak :')
Hapustapi terkadang seseorang memang nggak bisa dipaksakan untuk langsung cerewet. Musti ada tahapannya. Tetapi bakalan terus diasah kok kecerewetannya hehe. Makasih mbaaak ^^
Aku extrovert...aku extrovert kooo
BalasHapusHalo mbak ekstro ^^
Hapusi.. i.. i.. ni sa.. saya banget kok
BalasHapustossssss! (y)
HapusAku..aku, Mbak...cerewetnya pas di tulisan juga, padahal kalau berinteraksi sama orang lain apalagi baru kenal malu (maluin) :D
BalasHapustapi kalau sudah kenal lama, baru dah tahu ngerocos ngomong hehe
Nah, setuju banget dah (y)
Hapus