Menjelang masuknya aku ke jenjang SMA, tepatnya hari-hari setelah aku mengetahui bahwa aku lulus di sekolah yang berada di kota besar, orang tuaku sering mewanti-wanti agar aku selalu waspada. Misalnya: jangan jalan sendiri, jangan sampai ketiduran di angkot, hati-hati jaga barang, dsb. Bahkan, nenekku sampai ngasih aku sebuah buku saku yang berisi surah-surah maupun doa buat jaga diri.
Nah, baru saja hari ini aku mengalami sebuah kejadian yang menyebabkan level kewaspadaanku terhadap orang lain semakin meningkat.
Keterlibatan aku dalam kasus ini berawal dari mumetnya aku setelah berhadapan dengan soal-soal persiapan UN. Awalnya, aku ingin menuju sebuah kedai dekat sekolahku. Kemudian, aku berpikir bahwa kedai itu pasti akan banyak dikunjungi, apalagi waktu-waktu weekend. Jadi, aku langsung memutar haluan menuju sebuah gedung perbelanjaan yang ada food court-nya.
Biasanya, aku menuju ke sana menggunakan angkot. Untuk naik angkot yang akan mengantarkanku ke sana, aku harus menyeberang dulu. Sesampainya aku di seberang, ternyata aku papasan dengan temanku, sebut saja Nana. Dia ternyata naik angkot yang sama denganku, tetapi tujuan kami berbeda. Dia mau ke sebuah toko buku. Jadilah kami berdua di angkot yang sepi. Kami ngobrol-ngobrol sebentar, basa-basi gitu. Setelah kami sama-sama diam, larut dalam pikiran masing-masing, aku melihat dia mengeluarkan Blackberry-nya. Aku mulai merasa ada aura aneh yang menyelimutinya.
Aku sampai lebih dulu di tempat tujuanku. Aku pun meninggalkan temanku sendirian di angkot. Kemudian, aku berkata, "Nana, duluan ya! Hati-hati di jalan!"
Turun dari angkot, aku jalan memasuki gedung perbelanjaan itu. Tiba-tiba ada yang menghampiriku, seorang bapak bersepeda motor yang memakai jaket hitam. Dia bertanya, "De, anak-anak sekolah kamu sudah pulang, ya?"
"Iya. Tapi cuma kelas 12 sama kelas 9 aja."
Dalam hati: pengen jemput anaknya ini.
"Ooh, oya, kepala sekolah kamu namanya siapa?" dia nanya begitu.
Di poin ini aku sudah mulai curiga. Aku diam sebentar.
"Masih Pak X, ya?" dia nanya lagi.
Oh, ternyata dia tahu nama kepala sekolahku yang dulu. Aku sebutin aja Pak Y, nama kepala sekolahku yang baru. Dia juga nanya nama wali kelasku. Aku sebutin aja. Sejujurnya, aku pengen banget nanyain kalau Bapak itu mau ngejemput siapa. Tapi pertanyaan itu tidak keluar.
Setelah makan siang di sana, aku langsung pulang naik angkot lagi. Aku biasa turun di depan sekolah. Nah, waktu aku baru turun dari angkot, aku melihat Nana nyeberang dari sekolah dengan laptop di genggamannya. Dari situ aku heran, perasaan tadi dia bilang kalau dia mau ke toko buku. Kenapa tiba-tiba dia ada di sini? Aku pengen banget nyapa dia sebenarnya, tapi urung. Soalnya dia sudah sampai di seberang. Lagian, mukanya terlihat serius.
Aku melewatkan beberapa jam selanjutnya dengan tenang. Sampai sebuah berita mengagetkanku.
Sore menjelang maghrib, aku mau pergi ke ATM. Aku memutuskan buat minta izin ke abla dulu (ngga tau "abla"? Baca ini). Aku awalnya mau langsung ke kamar abla, tiba-tiba aku dengar suara abla di kamar temanku. Aku langsung menuju ke sana. Abla memang ada di sana, cerita-cerita sama temanku. Aku langsung bilang gini, "Abla, aku izin ke ATM, ya?"
"Perginya sama siapa?"
"Sendiri..."
Muka abla dan teman-temanku langsung nggak enak.
"Auuud, jangan sendiri laaah, minta temenin keeek, plisss..."
Reaksinya tidak wajar. Aku langsung tanya, "Emang ada apa?"
"Aud nggak tau, ya? Laptop si Lala hilang."
Aku kaget. "Kok bisa???"
"Laptopnya dibawa Nana. Ternyata dia dihipnotis. Trus yang menghipnotis itu mengatasnamakan sekolah..."
Gotcha! Aku langsung teringat sama sosok Bapak yang nanya aku tadi siang. Aku langsung duduk dan nimbrung. "Ooooh, Abla, yang ngehipnotis dia itu bapak-bapak?"
"Iya"
"Pake motor?"
"Iya"
"Pake jaket hitam? Blablabla?"
"Iya! Iya!"
"Ooooooh... aku ketemu sama bapak itu tadi siang!"
Suasana ngobrol langsung berjalan panas. Aku pun didesak buat cerita kronologi bagaimana Bapak itu menanyai aku.
"Dia nanya nama kepala sekolah, nggak?" tanya temanku.
"Iya. Aku jawab aja Pak Y"
Teriakan memilukan langsung terdengar dari pita suara abla dan teman-temanku yang mendengarkan.
"Lho? Emang kenapa?"
"Dia bilang kalo dia suruhan Pak Y..."
Dari sini aku merasa bersalah. Kenapa aku ngga bisa lebih kritis waktu Bapak itu nanya seperti itu?
"Jadi begini ceritanya: si Nana mau ke toko buku. Trus, tiba-tiba dia didatangi sama Bapak tadi, mengatasnamakan kepala sekolah dan wali kelas. Nana percaya aja. Trus, dia nyuruh Nana buat ngambil laptop. Akhirnya, bapak tadi mengantar Nana pake motor sampai ke perempatan dekat sekolah. Dari sana, Nana jalan kaki ke sekolah. Lalu, dia pinjam laptop si Lala. Katanya perlu banget dan wajahnya juga memelas. Yaudah, dipinjami sama Lala. Setelah itu, dia dibawa lagi sama Bapak itu keliling-keliling. Bapak itu, selain minta laptop, juga minta Blackberry-nya Nana. Pulangnya, Nana dikasih 20000 buat naik angkot. Ini bojeg-nya. Waktu dia sudah naik angkot, baru dia ngeh kalau dia udah ngasih laptop orang sama Blackberry-nya ke bapak itu..."
Lala, pihak yang kehilangan laptop, langsung nimbrung juga, "Iya... makanya dari tadi aku merasa feeling nggak enak waktu lihat laptop aku sama Nana. Aku ngerasa kalau itu terakhir kalinya aku bakalan liat laptop aku."
Oke, pokoknya secara garis besar begitulah kejadian yang aku alami tadi. Aku ternyata cukup terlibat di sini.
Beberapa hal yang dapat aku simpulkan:
1. Bapak yang nyuri itu tahu banget tentang sekolahku. Masa sih dia tahu nama kepala sekolahku yang dulu?
2. Bapak itu sudah berpengalaman. Soalnya kayaknya kejadian ini terencana dengan baik.
3. Bapak itu (pada dasarnya) orang baik. Kenapa coba dia sampai ngasih uang 20000 buat naik angkot? Kalau benar-benar jahat, mungkin Nana sudah diapa-apain (Naudzubillah) atau paling nggak ditinggal di tempat yang asing.
4. Modus penghipnotisan ini ternyata meyakinkan sang korban dengan menyebutkan nama guru yang dia kenal di sekolah. Dalam hal ini, dia memastikan dulu dengan nanya ke orang lingkungan sekolah itu (dalam kasus ini: aku. :( ).
Hikmah yang dapat kita ambil:
1. Jangan berpergian. Ini adalah cara paling ampuh untuk menghindari kejahatan dunia luar.
2. Kalaupun harus berpergian, jangan sendiri. (ini juga sangat berlaku buat aku sendiri)
3. Bawa barang seperlunya aja. Kalau punya banyak HP, bawa satu aja. Kalau cuma pengen beli mie di warung, nggak usah bawa uang sejuta.
4. Pikiran jangan kosong! Pokoknya harus konsentrasi kalau jalan, terutama kalau lagi sendiri.
5. Untuk menghindari modus penipuan atas nama sekolah, sebaiknya jangan pakai seragam sekolah kalau berpergian/keluyuran, kecuali kalau emang mendesak.
6. Bagi yang Muslim, perbanyak dzikir.
Semoga kita dapat memetik hikmah dari kejadian ini dan semoga kejadian ini tidak terulang lagi.
Abah, Mama, Nenek, terima kasih atas doa dan nasehatnya :')
Setelah makan siang di sana, aku langsung pulang naik angkot lagi. Aku biasa turun di depan sekolah. Nah, waktu aku baru turun dari angkot, aku melihat Nana nyeberang dari sekolah dengan laptop di genggamannya. Dari situ aku heran, perasaan tadi dia bilang kalau dia mau ke toko buku. Kenapa tiba-tiba dia ada di sini? Aku pengen banget nyapa dia sebenarnya, tapi urung. Soalnya dia sudah sampai di seberang. Lagian, mukanya terlihat serius.
Aku melewatkan beberapa jam selanjutnya dengan tenang. Sampai sebuah berita mengagetkanku.
Sore menjelang maghrib, aku mau pergi ke ATM. Aku memutuskan buat minta izin ke abla dulu (ngga tau "abla"? Baca ini). Aku awalnya mau langsung ke kamar abla, tiba-tiba aku dengar suara abla di kamar temanku. Aku langsung menuju ke sana. Abla memang ada di sana, cerita-cerita sama temanku. Aku langsung bilang gini, "Abla, aku izin ke ATM, ya?"
"Perginya sama siapa?"
"Sendiri..."
Muka abla dan teman-temanku langsung nggak enak.
"Auuud, jangan sendiri laaah, minta temenin keeek, plisss..."
Reaksinya tidak wajar. Aku langsung tanya, "Emang ada apa?"
"Aud nggak tau, ya? Laptop si Lala hilang."
Aku kaget. "Kok bisa???"
"Laptopnya dibawa Nana. Ternyata dia dihipnotis. Trus yang menghipnotis itu mengatasnamakan sekolah..."
Gotcha! Aku langsung teringat sama sosok Bapak yang nanya aku tadi siang. Aku langsung duduk dan nimbrung. "Ooooh, Abla, yang ngehipnotis dia itu bapak-bapak?"
"Iya"
"Pake motor?"
"Iya"
"Pake jaket hitam? Blablabla?"
"Iya! Iya!"
"Ooooooh... aku ketemu sama bapak itu tadi siang!"
Suasana ngobrol langsung berjalan panas. Aku pun didesak buat cerita kronologi bagaimana Bapak itu menanyai aku.
"Dia nanya nama kepala sekolah, nggak?" tanya temanku.
"Iya. Aku jawab aja Pak Y"
Teriakan memilukan langsung terdengar dari pita suara abla dan teman-temanku yang mendengarkan.
"Lho? Emang kenapa?"
"Dia bilang kalo dia suruhan Pak Y..."
Dari sini aku merasa bersalah. Kenapa aku ngga bisa lebih kritis waktu Bapak itu nanya seperti itu?
"Jadi begini ceritanya: si Nana mau ke toko buku. Trus, tiba-tiba dia didatangi sama Bapak tadi, mengatasnamakan kepala sekolah dan wali kelas. Nana percaya aja. Trus, dia nyuruh Nana buat ngambil laptop. Akhirnya, bapak tadi mengantar Nana pake motor sampai ke perempatan dekat sekolah. Dari sana, Nana jalan kaki ke sekolah. Lalu, dia pinjam laptop si Lala. Katanya perlu banget dan wajahnya juga memelas. Yaudah, dipinjami sama Lala. Setelah itu, dia dibawa lagi sama Bapak itu keliling-keliling. Bapak itu, selain minta laptop, juga minta Blackberry-nya Nana. Pulangnya, Nana dikasih 20000 buat naik angkot. Ini bojeg-nya. Waktu dia sudah naik angkot, baru dia ngeh kalau dia udah ngasih laptop orang sama Blackberry-nya ke bapak itu..."
Lala, pihak yang kehilangan laptop, langsung nimbrung juga, "Iya... makanya dari tadi aku merasa feeling nggak enak waktu lihat laptop aku sama Nana. Aku ngerasa kalau itu terakhir kalinya aku bakalan liat laptop aku."
Oke, pokoknya secara garis besar begitulah kejadian yang aku alami tadi. Aku ternyata cukup terlibat di sini.
Beberapa hal yang dapat aku simpulkan:
1. Bapak yang nyuri itu tahu banget tentang sekolahku. Masa sih dia tahu nama kepala sekolahku yang dulu?
2. Bapak itu sudah berpengalaman. Soalnya kayaknya kejadian ini terencana dengan baik.
3. Bapak itu (pada dasarnya) orang baik. Kenapa coba dia sampai ngasih uang 20000 buat naik angkot? Kalau benar-benar jahat, mungkin Nana sudah diapa-apain (Naudzubillah) atau paling nggak ditinggal di tempat yang asing.
4. Modus penghipnotisan ini ternyata meyakinkan sang korban dengan menyebutkan nama guru yang dia kenal di sekolah. Dalam hal ini, dia memastikan dulu dengan nanya ke orang lingkungan sekolah itu (dalam kasus ini: aku. :( ).
Hikmah yang dapat kita ambil:
1. Jangan berpergian. Ini adalah cara paling ampuh untuk menghindari kejahatan dunia luar.
2. Kalaupun harus berpergian, jangan sendiri. (ini juga sangat berlaku buat aku sendiri)
3. Bawa barang seperlunya aja. Kalau punya banyak HP, bawa satu aja. Kalau cuma pengen beli mie di warung, nggak usah bawa uang sejuta.
4. Pikiran jangan kosong! Pokoknya harus konsentrasi kalau jalan, terutama kalau lagi sendiri.
5. Untuk menghindari modus penipuan atas nama sekolah, sebaiknya jangan pakai seragam sekolah kalau berpergian/keluyuran, kecuali kalau emang mendesak.
6. Bagi yang Muslim, perbanyak dzikir.
Semoga kita dapat memetik hikmah dari kejadian ini dan semoga kejadian ini tidak terulang lagi.
Abah, Mama, Nenek, terima kasih atas doa dan nasehatnya :')
Waspadalah! Hipnotis Mengintai Kita!
Reviewed by Audi
on
Januari 13, 2013
Rating:
sama sama kaka,,,moga sukses dan selalu dalam lindungan Allah SWT,,dengan cerita itu kayanya berprasangka baik dan buruk harus selalu seimbang dengan orang yang tidak dikenal,,,untuk waspada aja, karena kita tidak dapat menebak maksud org...gitu ya ka
BalasHapussemoga peringatan ini nggak dihiraukan begitu saja,, jadikan pelajaran buat generasi penerus..
BalasHapusperasaan bandung luas,, kok jadi sempit ya,, ._.