Aku nulis ini bukannya ngerasa
sebagai orang paling beretika di jagad perchattingan, ya. Soalnya aku ngerasa
hal ini perluuu banget buat dikasih tau. Biasanya, kan, di kampus-kampus suka
ada pengumuman gimana harusnya mahasiswa mengirimkan pesan ke dosen. Nah,
menurutku etika kayak gini nggak cuman antara dosen sama mahasiswa aja. Tapi
seharusnya kepada seumuran dan yang lebih muda juga, lho. Terutama kalo
chat-nya itu chat pertama ke orang tersebut.
Kok aku tiba-tiba kepikiran buat
nulis soal ini, sih?
Jadi aku pernah ditunjuk sebagai
salah satu narahubung pada acara lomba di kampus. Lomba ini ditujukan buat
adek-adek SMA sederajat. Suatu pagi, aku dapat chat WA seperti ini dari nomor
tidak dikenal:
“Kak, mau nanya-nanya boleh?”
Trus aku bingung.
Ini siapa? Ngapain tiba-tiba
ngirim chat? Ini mau nanya apa, sih? Trus how
should I address this unknown number? Ini mas-mas, mbak-mbak, atau siapa? Waktu
akunya yang nanya identitasnya lebih lanjut baru aku tau kalo dia salah satu
peserta lomba.
Itu baru satu, ya. Yang paling
repot tentunya narahubung utama. Dia sempat curhat gini, “Kalo ada peserta yang
kirim chat itu rata-rata nggak sebut nama bahkan nggak ngucapin salam tapi
langsung nanya-nanya. Aku juga bahkan sampai panggil ‘dek’ ke pengirim chat
padahal yang ngechat ibu-ibu...”
Tuh. Sebenarnya kita ngeharapin
etika dari pengirim chat bukan semata-mata pengen dihormati. Etika ini juga
fungsinya buat mengetahui kita itu lagi ngomong sama siapa biar nggak ada
kesalahan panggilan. Trus juga biar kita tau maksud dari pengirim pesan apa
tanpa harus ditanya lagi sama yang dikirimin chat.
Jadi, gimana, sih,
langkah-langkah buat mengirimkan chat pertama kepada orang lain?
- Awali dengan salam. Bisa dengan “Selamat pagi/siang/sore” atau kalo tau yang dichat itu Muslim bisa pake “Assalamualaikum wr wb.”
- Perkenalkan diri plus latar belakang yang sekiranya berhubungan dengan orang yang dichat. Misalkan kalau ke dosen kita bisa bilang, “Nama saya Lalala Lilili mahasiswi jurusan Arsitektur semester 5 yang mengambil mata kuliah Manajemen yang diampu bapak/ibu dosen.” Atau kalo kita peserta lomba dan nanya ke panitia bisa bilang, “Nama saya Lalala Lilili peserta lomba menulis dari Universitas Apa.”
- To the point. Langsung aja bilang maksud kita buat kirim chat apa. Alangkah baiknya kalo pake kata permohonan dan memakai bahasa yang sopan. Misalnya kita mau protes ke dosen soal nilai ujian kita. Bisa bilang, “Mohon izin, mengenai hasil UAS, saya menemukan adanya kesalahan koreksi pada soal nomor 10. Apakah bapak/ibu dosen berkenan untuk memeriksanya kembali?”
- Jika maksud sudah tersampaikan, jangan lupa mengucapkan terima kasih. Boleh dengan tambahan, “Mohon maaf jika mengganggu waktunya.” Kemudian tutup kembali dengan salam.
Aku kasih contoh lengkap, nih.
Misalkan Audi ngechat seorang aktivis lingkungan yang mau dijadikan narasumber
buat liputan di majalah kampus. Audi akan mengirimkan chat seperti ini:
Selamat pagi, nama saya Audia Azani reporter dari Majalah X. Majalah
kami tertarik untuk mengulas profil Anda pada edisi berikutnya. Untuk itu
apakah Anda bersedia untuk diwawancarai? Terima kasih. Selamat pagi.
Trus ada lagi beberapa hal yang
perlu diperhatikan saat mengirimkan chat pertama:
- Perhatikan waktu mengirimkan chat. Jangan pas tengah malam banget, takut ganggu tidur orang.
- Jangan pake singkatan. Soalnya takutnya, sih, singkatan itu punya persepsi yang berbeda antara yang mengirim dengan yang menerima. Misalkan kita menyingkat kata “Kakak” dengan “kk”. Siapa tau yang nerima chat ngiranya “kk” itu kk-nya Kartu Keluarga.
- Memakai bahasa yang sopan. Apalagi kalo yang dichat itu orang yang lebih tua atau orang yang baru pertama kita hubungi.
Nah, mudah aja, kan? Nggak ada
ruginya, kok, menggunakan etika ketika mengirim chat. Mungkin masih ada yang
nggak setuju gara-gara orang yang kita perlakukan sopan belum tentu akan
menghargai kita. Tapi, kan, yang namanya kebaikan nggak harus dibalas sama orang
tadi, kan? Siapa tau efek dari sikap positifnya akan memberi dampak yang lebih
besar di kemudian hari. J
Etika Mengirim Chat Pertama
Reviewed by Audi
on
Maret 13, 2018
Rating:

memang betul ya hrs ada etika dan kita jarang sih diajarkan spt itu
BalasHapusiyaa mbaa makanya jadi sering diabaikan hal kayak gini :')
HapusHeheheh.. Ngikik baca ini (ngikik itu entah apanya ngakak 😂)
BalasHapusKalau pebisnis online mah kenyang ama kasus beginian 😊
bener mbaa yang punya olshop mah jangan ditanya wkwk
HapusHihihi aku juga sering ngalamin gini. Tiba-tiba aja ditodong dengan pertanyaan tanpa basa-basi. Ya tau sih sibuk tapi yang ditanya juga kan harus luangin waktu buat jawabin pertanyaan kan, ya.
BalasHapusiyaa masih untung mau dijawab pertanyaannya huhu
HapusAku pernah ngerasa sebel banget pas dpt chat pake bahasa yang disingkat2 ala alay. "ka, ku mw tny blh x? "
BalasHapusSerius, aku lgs roaming bacanya. Trus ga pake basa basi, ga ngenalin diri, duuuh dek, kalo kaka lagi bad mood, habis kau kutendang ke spam :p.
nah iyaa kata-kata singkatan emang suka bikin roaming kadang mba wkwk
HapusBagus artikelnya, hehe bener juga ya. Saya juga kadang-kadang masih asal-asal ngirim chat pertama kepada nomer seseorang yang baru dikenal.
BalasHapus